Pagi itu aku diantar oleh kakakku ke depan CSB dengan vespa ungu kesayangan. Saat itu masih jam 4.50 pagi. Suasana masih sepi dan gelap ketika di perjalanan. Tapi sepi itu hilang ketika sudah sampai di depan CSB. “Nasi kuningnya mana?!”, “Eh, pita nyawa saya ketinggalan!”, “Tadi malem nonton bola ga?”, riuh suara peserta Orientasi Lingkungan Sekolah. Aku pun bergegas mencari gugus di mana saya berada. “Udah siap belum semuanya?”, tanya Pak Lurah Gugus B Rangga. “Udah.”, sahut anggota Gugus B.
Kami pun beranjak menuju SMAN 2 Cirebon untuk mengikuti OLS. “Viva Smanda!”, teriak kami setiap bertemu dengan kakak kelas. Padahal kami tidak tahu dia panitia atau bukan. Begitu sampai lapangan kesan pertama yang terasa adalah tegang. Mengapa tegang? Mungkin karena saat itu kami semua tidak atau akan diapakan dan ditambah udara yang masih sejuk (baca: dingin menusuk tulang).
“Seluruh peserta harap berkumpul di lapangan dan buat barisan, CEPAT! Satu! Dua!Tiga....”, sambutan ketika kami baru datang. Seluruh peserta lari tunggang langgang, tapi tetap saja ada yang terlambat. “Sepuluh! Yang telat memisahkan diri, yang telat memisahkan diri!Cepat!”, sambutan kedua bagi yang telat. “Panitia turun!”, sambutan tambahan untuk yang sudah baris terlebih dulu. Kemudian yang telat tadi diminta untuk melakukan konsekuensi yang saat itu jarang kita lakukan, “push up”. “Ayo yang tadi telat semuanya push up! Hitungan ada pada panitia!”, suruh panitia. Kami yang tidak telat merasa sudah lega dan aman, namun kenyataan berkata lain. “Kamu terima temen kamu di-push up?!”, gertak mba-mba panitia. “Ngga mba...”, jawab kami yang ketakutan dengan gertakannya. Tapi entah kenapa semua itu berlalu dengan cepat hingga akhirnya kami diperintahkan sesuatu. “Komando saya ambil alih, seluruhnya! Parade siap gerak!”, komando seorang panitia. Hampir dari semua peserta bingung, apa itu parade siap gerak? Lalu tiba-tiba ada seorang panitia yang menyeletuk, “Sikap parade siap gerak tuh Cuma ngijinin kalian buat napas sama kedip! Itu doang!”. Penjelasan yang mantap, awalnya otakku menerawang yang aneh-aneh. Seperti misalnya, “Kalo parade berarti nanti ada banyak orang yang make baju seragam gitu ya?” atau “Berarti kita boleh loncat-loncatan yang ga jelas gitu dong di pinggr jalan?”. Tapi semua kekeliruan itu hilang, hati pun lega sampai tiba-tiba. “Yudhis!”, sahut seseorang. “Siap!”, menjawab dengan setengah rasa kaget. “Loh kenapa kamu ngejawab?! Inget sikap parade tuh apa?!”, sahutnya. “Gak boleh gerak mas!”, jawabku. “Loh?! Kamu kok jawab? Itukan sama aja gerak!”. Aku pun terdiam karena baru sadar hal itu dan memikirkan sesuatu, “Kalo udah tau lagi parade ngapain manggil!”. Panitia yang tadi pun pergi menjauh. Aku pun melirik sekitar, banyak yang dicerca agar dapat berargumen dengan baik. Tapi apa daya, “kan lagi sikap parade”.
Lalu, “Parade selesai, balik kanan gerak!”. Tak lama kemudian, “Parade siap gerak!”. Dan, “Yudhis! Kenapa kamu gak jawab?!”. Aku pun jawab, “Kan lagi sikap parade”.
Kata parade adalah kata yang asing buat sekolah lain. Tapi tidak untuk Smanda, dan masih banyak lagi hal-hal aneh dan unik yang hanya ada di Smanda. Cuma sayang tema hari ini cuma “PARADE”. Sebuah tema yang begitu sempit dan sangat objektif. Tapi hal inilah yang membuat suatu karangan menjadi berbeda dan memiliki ciri khas karena kita diharuskan memutar otak untuk membuat sebuah karangan yang tidak melenceng dari tema yang ditentukan. Oleh karena itu kita harus PARADE kepada sebuah tujuan . Hehe...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar